MK : Kewirausahaan
Part : 10
ETIKA BISNIS DAN
MASALAH SOSIAL
Pembahasan
A.ETIKA BISNIS
Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dan
pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan atau bisnis.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis
adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis
secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas
dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih
tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan
bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di
Advance Managemen Journal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
Ø Utilitarian Approach : setiap
tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak
seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan
dengan biaya serendah-rendahnya.
Ø Individual Rights Approach : setiap
orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati.
Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila
diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
Ø Justice Approach : para pembuat
keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Hal-Hal Yang
Mempengaruhi Keputusan Bisnis
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang
sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki
daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai
(value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh .
Ada beberapa kelompok yang dapat mempengaruhi kepentingan bisnis diantaranya:
a. Para pengusaha dan mitra usaha
b. Perusahaan pemasok bahan baku
c. Organisasi pekerja yang mewakili
pekerja
d. Pemerintah yang mengatur kelancaran
aktivitas usaha
e. Bank penyandang dana perusahaan
f. Investor penanam modal
g. Masyarakat umum yanag dilayani
h. Pelanggan yang membeli produk
Prinsip
dalam Etika Bisnis
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang
seharusnya dipatuhi oleh para pelaku bisnis. Etika bisnis memiliki
prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya
dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya
ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi
perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis
sebagai berikut:
1. Prinsip Otonomi
Yaitu kemampuan mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan
bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama
apabila tidak berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci
keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak,
kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3. Prinsip Keadilan
Bahwa tiap orang dalam berbisnis
harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak
ada yang boleh dirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Agar semua pihak berusaha untuk
saling menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini merupakan dasar dalam
berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus
menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan
terbaik.
Di samping 5 prinsip diatas, dalam menciptakan etika
bisnis ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial
(social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak
mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan
berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece,
Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu
benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya
antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan
aturan main yang telah disepakati bersama
10. Kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan
dalam suatu hokum positif yang berupa
peraturan perundang-undangan.
Perilaku Etis penting diperlukan untuk sukses jangka
panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk
kedua perspektif baik lingkup makro ataupun mikro.
1.
Perspektif
Makro
Pertumbuhan suatu negara tergantung pada efektivitas
dan efisiensi sistem pasar dalam mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa
kondisi yang diperlukan supaya sistem dapat bekerja secara efektif dan efisien
adalah:
Ø Adanya hak memiliki dan mengelola
properti swasta
Ø Adanya kebebasan memilih dalam
perdagangan barang dan jasa
Ø Adanya ketersediaan informasi yang
akurat berkaitan dengan barang dan jasa
Jika salah satu subsistem dalam sistem pasar ini
melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan
sistem dan mengambat pertumbuhan sistem secara makro.
2.
Perspektif
Mikro
Dalam lingkup mikro perilaku etis identik dengan
kepercayaan atau trust. Dalam lingkup mikro terdapat rantai relasi dimana
pemasok (supplier), perusahaan, konsumen, karyawan saling berhubungan dalam
kegiatan bisnis yang saling mempengaruhi. Tiap mata rantai di dalam relasi
harus selalu menjaga etika sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis
dapat terjaga dengan baik.
B. TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CSR)
Corporate Social Responsibility
(CSR) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah Tanggung Jawab Social
Perusahaan adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan
(sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab mereka
terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.Contoh bentuk
tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian
beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas
umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada.
Penggunaan
istilah Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau atau Corporate Social
Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin
meningkatnya praktek tanggung jawab sosial perusahaan, dan diskusi-diskusi
global, regional dan nasional tentang CSR
Istilah CSR yang mulai dikenal sejak tahun
1970-an, saat ini menjadi salah satu bentuk inovasi bagi hubungan perusahaan
dengan masyarakat dan konsumen. CSR kini banyak diterapkan baik oleh perusahaan
multi-nasional maupun perusahaan nasional atau lokal. CSR adalah tentang nilai
dan standar yang berkaitan dengan beroperasinya sebuah perusahaan dalam suatu
masyarakat. CSR diartikan sebagai komitmen usaha untuk beroperasi secara legal
dan etis yang berkonstribusi pada peningkatan kualitas kehidupan karyawan dan
keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas dalam kerangka mmewujudkan
pembangunan berkelanjutan.
CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di Perusahaan dan
dimasyarakat. Etika yang dianut merupakan bagian dari budaya (corporate
culture); dan etika yang dianut masyarakat merupakan bagian dari budaya
masyarakata. Prisnsip-prinsip atau azas yang berlaku di masyarakat juga
termasuk berbagai peraturan dan regulasi pemerintah sebagai bagian dari sistem
ketatanegaraan.
Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi
kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana
kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting
daripada sekedar profitability. CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak
(minimimalisasi dampak negatif dan maksimalisasi dampak positif) terhadap
seluruh pemangku kepentingannya. CSR berhubungan erat dengan pembangunan
berkelanjutan, di mana suatu organisasi dalam melaksanakan aktivitasnya
harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan hasil dan keuntungan
yang akan diperoleh, melainkan juga harus melihat dampak sosial dan lingkungan
yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka
yang lebih panjang.
CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat; ini
akan sangat tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi
lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002) menunjukkan,
peran pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang
menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR,
menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk Indonesia, bisa
dibayangkan, pelaksanaan dukungan pemerintah daerah, kepastian hukum, dan
jaminanketertiban sosial. Pemerintah dapat mengambil peran penting tanpa
harusmelakukan regulasi di tengah situasi hukum dan politik saat ini. Ditengah
persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami Indonesia,pemerintah
harus berperan sebagai koordinator penanganan krisis melalui CSR (Corporate
Social Responsibilty).Pemerintah bisa menetapkan bidang-bidang penanganan yang
menjadi fokus,dengan masukan pihak yang kompeten. Setelah itu, pemerintahmemfasilitasi,
mendukung, dan memberi penghargaan pada kalangan bisnisyang mau terlibat dalam
upaya besar ini. Pemerintah juga dapatmengawasi proses interaksi antara pelaku
bisnis dan kelompok-kelompoklain agar terjadi proses interaksi yang lebih adil
dan menghindarkanproses manipulasi atau pengancaman satu pihak terhadap yang
lain.
CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam
perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan
kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut
akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para
pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk
membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika
akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR
adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan
tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak , konsumen mendapatkan
produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang
sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak
langsung.
Macam-Macam
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut zimmerer ada beberapa pertanggungjwaban
perusahaan, yaitu:
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan.
Perusahaan harus ramah lingkungan,
artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan,
misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan
Menurut
zimmerer Tanggung jawab terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara:
Ø Menghormati dan mendengarkan
pendapat karyawan
Ø Meminta Masukan kepada karyawan
Ø Memberi kepercayaan kepada karyawan
Ø Memberi imbalan kepada karyawan yang
bekerja dengan biak
Ø Selalu menekankan kepercayaan kepada
karyawan
Ø Tanggung jawab terhadap pelanggan.
Tanggung jawab terhadap pelanggan
ada dua kategori:
Ø Menyediakan barang dan jasa yang
berkualitas
Ø Memberikan harga barang dan jasa
yang adil dan wajar
3. Tanggung Jawab terhadap investor
Tanggung Jawab terhadap investor adalah
menyediakan pengembalian investasi yang menarik, seperti memaksimumkan laba
4. Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap Masyarakat
sekitarnya, misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta
kontribusi terhadap mayararakat sekitarnya
Dinamika
dalam Tanggung Jawab Social Perusahaan (CSR)
Menurut George Pohle dan Jeff Hittner dari IBM, terdapat tiga dinamika
yang harus dipahami oleh perusahaan dalam keterlibatannya dengan CSR:
1. Information – From Visibility to
Transparency
Supaya terjalin hubungan yang lebih
baik dengan konsumen maupun stakeholder, maka perusahaan harus mengadopsi
teknologi maupun praktek bisnis yang memungkinkan para stakeholder untuk
memperoleh informasi kapanpun dan dimanapun mereka berada, Misalnya, perusahaan
perusahaan infrastruktur memungkinkan pelanggan untuk berpindah sumber energi
berdasarkan ketersediaan sumber yang paling ramah lingkungan secara real time. Atau
telepon seluler yang dapat men-scan bar code produk supaya memunculkan
informasi yang diinginkan pengguna, mulai dari bahan-bahan hingga energi yang
digunakan untuk membuatnya.Jika sebelumnya transparansi dan akuntabilitas
memang jarang diimplementasikan di masa lalu, namun kini menjadi sebuah
tantangan bagi perusahaan yang terlibat dengan banyak pihak. Ini bukan hanya
masalah menyediakan informasi lebih banyak, melainkan informasi yang bernar.
Perusahaan yang memberikan informasi relevan akan memenangkan kepercayaan dari
konsumen, sehingga tercipta platform pertumbuhan yang kuat.
2. Impact on Business – From Cost t
Growth
Perusahaan memandang CSR sebagai
biaya izin untuk berbisnis di pasaran. Karena jika mereka gagal memenuhi
regulasi lokal maupun global, maka reputasi merek ataupun perusahaan jadi
taruhannya. Namun, kini perusahaan mulai memandang CSR sebagai sarana dalam
menemukan ide produk baru, diferensiasi, menekan biaya, mempercepat entry
pasar, dan menempatkan mereka dalam posisi yang lebih baik dalam talent
wars.CEMEX misalnya, menyediakan diskon bagi pelanggan dengan pendapatan rendah
dan membolehkan mereka untuk membayar material secara mingguan. Ini
memungkinkan pelanggan untuk mengakses material berkualitas tinggi dengan harga
sekitar 2/3nya saja. Nyatanya, ini justru memperluas pasar dan mendorong
penjualan CEMEX. Segmen ini tumbuh 250% per tahunnya. Perusahaan juga memandang
bahwa inisiatif CSR dapat mengurangi struktur biaya secara keseluruhan ataupun
meningkatkan produktivitas. Canadian pulp and paper, misalnya, berhasil
mengurangi emisinya sebanyak 70% dan energi sebanyak 21% sejak 1990. Pada 2005
dan 2006, perusahaan berhasil menghemat sebanyak $4.4 juta untuk pengurangan
konsumsi bahan bakar sebesar 2%
3. Relationships – From Containment To
Engagement
Salah satu cara untuk memenuhi
ekspektasi stakeholder adalah dengan menjalin hubungan secara kontinue.
Misalnya, sebuah bisnis global yang berusaha untuk memonitor kondisi kerja dan
standar lingkungan melalui supply chain di Asia Tenggara. Kemudian pada saat
yang sama, NGO juga berfokus pada meningkatkan HAM dan memastikan bahwa bisnis
mematuhi standar lingkungan masyarakat. Meskipun perusahaan dan NGO kadang
menjadi oposisi, namun sesungguhnya melalui kolaborasi mereka sama-sama bisa
mencapai tujuannya. Bisnis dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki NGO
untuk memonitor, mengedukasi, serta meningkatkan operasi dari supplier.
Sehingga perusahaan dapat menekan biaya yang seharusnya terjadi. Sementara itu,
NGO juga mengambil manfaat karena mereka memperoleh akses serta memperoleh
hasil lebih mudah.Misalnya, Marks & Spencer, setelah serangkaian skandal
makanan di Inggris yang membuat konsumen skeptis, mereka meluncurkan kampanye
“Behind The Label” yang memberikan edukasi kepada 16 juta pelanggan mengenai
semua yang dilakukan perusahaan berkaitan dengan isu lingkungan dan sosial.
M&S juga bekerjasama dengan NGO Oxfam untuk mengembangkan program dimana
pelanggan bisa mendonasikan pakaiannya ke toko amal Oxfam serta memperoleh
diskon untuk membeli pakaian baru di M&S. Mereka juga bekerjasama dengan
para supplier untuk meningkatkan transparansi, dimana daging yang digunakan
bisa dilacak langsung kepada sapi mana yang digunakan. Begitu pula dengan
pakaian. Hasilnya, M&S berhasil memperbarui mereknya lagi, dengan
pendapatan menguat 10% dan laba naik 22% pada 2006 hingga 2007.
MANFAAT
ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Adapun manfaat perusahaan berperilaku
etis dan memiliki tanggung jawab sosial adalah:
1. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab
social mendapatkan rasa hormat dari steakholder
2. Perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik dan
memiliki tanggung jawab social akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan masyarakat sekitar.
3. Perusahaan yang memiliki tanggung jawab social
terhadap lingkungan akan membantu dalam pembangunan daerah sekitar perusahaan
4. Menghindarkan dari konflik internal dan lingkungan
sekitar perusahaan
5. Tanggung jawab
social Secara tidak langsung Membantu dalam promosi perusahaan
6. Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu
berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin
komplek
7. Suatu perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh
yang merusak berkaitan dengan reputasi
8. Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan
tanggung jawab social dapat menambah uang dalam bisnis mereka biasanya dimulai
dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan
yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika
bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun
jangka panjang, karena :
Ø Mampu mengurangi biaya akibat
dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern perusahaan maupun dengan
eksternal.
Ø Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
Ø Melindungi prinsip kebebasan
berniaga
Ø Mampu meningkatkan keunggulan
bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang
dilakukan oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan
masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini
akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan
perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya
termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula,
terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya
diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier.Perlu dipahami,
karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan semaksimal mungkin harus mempertahankan
karyawannya.
Pertanyaan
;
1. Jelaskan mengapa setiap wirausaha berperilaku etis dan memiliki tanggung jawab
sosial !
2. Mengapa dengan menerapk CRS (
Corpiratif Social Responsibility) bila diterapkan akan menjadi suatu keunggulan
perusahaan yang sulit di tiru oleh pesaing!